Sebaiknya para pecandu narkoba segeralah berhenti, sekali lagi berhenti mengkonsumsi narkoba. Tidak ada satupun seseorang yang dapat meraih sukses dalam hidup ini apabila kehidupannya dikendalikan oleh narkoba. Kontrol dan kendalikan hidupmu tanpa narkoba. Jangan membuat kelalaian yang disengaja, karena bagaimanapun kalau menjadi pecandu narkoba, maka dalam hidup ini telah kehilangan segalanya dengan sia-sia

Jauhi Narkoba atau Mati

Hai..... Kawula muda awas AIDS!  Surprised Hindari penggunaan jarum suntik bersama-sama."Itu pesan moral bernada imperatif pada selembar kertas di loket klinik Program Terapi Rumatan Metadon, Puskesmas Tanjung Priok, Jakarta Utara yang melayani 140 mantan pencandu heroin.

Sekelompok anak muda kurus, ceking, pucat pasi, lesuh dengan mata cekung, tampak duduk santai di pintu masuk klinik itu. "Kami mantan pengguna narkoba suntikan jenis heroin. Namun saat ini sedang menjalani terapi metadon agar segera hidup normal lagi" kata FR (22), salah satu di antara pemuda itu.


 

Di belakangnya, tampak DI (29) duduk menyenderkan badanya yang kurus kerempeng pada tembok dinding klinik. Kepalanya, ditutupi topi pet warna putih, tiada henti digeleng-geleng atau diangguk-angguk dengan mata terpejam. "Dia sedang on, tetapi sudah lebih baik setelah seminggu menjalani terapi metadon di sini," kata FR.


 

Tak jauh dari mereka, beberapa pemuda lain bersenda gurau membicarakan pekerjaan mereka. Satu dua orang lagi antre mendapatkan metadon untuk diminum di loket klinik. "Berkat metadon, hidup kami mulai berubah lebih baik," kata In (22), seorang klien lainnya.


 

FR mulai berkenalan dengan jarum suntik heroin ketika duduk di bangku kelas dua sekolah menengah pertama (SMP) di Tanjung Priok. "Waktu itu saya dikenalkan kakak rekan kelasku setelah membayarnya Rp 40.000," kenangnya.


 

Uang itu sebenarnya untuk biaya sekolah. "Setelah sekali mencoba, saya ketagian. Kelakuan buruk saya belum ketahuan orangtua. Namun belakangan mereka mencurigai kondisi fisik saya karena berat badan terus menurun. Apalagi saya mulai suka bolos dari sekolah hingga akhirnya benar-benar berhenti di kelas satu sekolah menengah atas (SMA)," tuturnya lirih.


 

Berkali-kali orangtua FR melarang kebiasaan buruknya. "Setiap kali dilarang, saya semakin gila. Saya lalu bilang kepada mereka, melarang sama artinya membunuh. Karena sayang, mereka lalu menyelipkan uang Rp 200.000 setiap hari di bawah bantal saya. Dengan uang itu saya bisa bertahan, bisa beli putau lagi. Orangtua saya tampak amat tersiksa batinnya," tutur anak kedua dari dua bersaudara itu.


 

Setiap usai menyuntikkan heroin ke tubuhnya, FR merasa hidup di surga dunia. "Pada saat sedang on, saya merasa dunia ini indah, tetapi setelah drop, badan saya tersiksa. Begitu seterusnya. Setelah bertahun-tahun tenggelam dalam kebiasaan seperti itu, serta banyaknya larangan dari rekan-rekan dan orang tua, saya pun ingin berhenti. Tetapi saat yang bersamaan, tubuh terus didorong agar tidak boleh melepaskan jarum suntik," katanya.


 

Dia mengaku, hidup menjadi tidak teratur. Selalu begadang hingga larut malam, bahkan subuh keesokan harinya, jarang makan, berat badan merosot jauh. "Jarang mandi, dan jauh dari kehidupan yang sehat," katanya.


 

Kisah serupa diungkap rekan-rekannya yang lain. DI (29) mulai mengenal heroin di tempat kerjanya di Pelabuhan Tanjung Priok, setelah empat tahun bekerja sebagai buruh muatan kapal laut. "Saya kenal heroin dari teman kerja. Di sekitar saya ternyata ada banyak pecandu hingga akhirnya saya larut dalam kebiasaan buruk itu. Uang habis, pekerjaan hilang, hidup terkatung-katung tidak jelas sampai akhirnya saya ditangkap polisi," kata DI.


 

Dia pun mengaku sempat menghuni RS Salemba selama 10 bulan. "Di dalam penjara ini saya tersiksa karena sakau. Namun setelah tahu jaringannya saya pun bisa menikmati putau suntik dan isap di dalam penjara. Kemudian saya dipindahkan ke penjara di Cirebon selama 2,5 tahun," katanya.


 

Isk sempat dua kali keluar masuk penjara sejak dia memakai heroin suntik tahun 1997. Rata-rata klien yang mengikuti terapi metadon ini mengenal putau sejak usia sekolah dasar hingga SMP. Jf (24), mulai mengenal jarum suntik heroin sejak kelas III SMP, tahun 1996. "Awalnya saya pakai yang isap, tetapi dua tahun kemudian saya memakai jarum suntik," kata Jf.


 

Bersamaan dengan dibukanya klinik PTRM di Puskesmas Tanjung Priok Juli 2006, FR dan Jf pun mulai mengikuti terapi. DI dan Is mengikuti terapi itu baru sepekan silam. "Terapi ini amat baik, mengapa tidak dari dulu dibuka. Kasihan generasi muda, sudah banyak yang mati sia-sia karena narkoba," kata Isk dan teman-temannya.


 

"Setelah kami mengikuti terapi metadon, hidup lebih teratur. Tidak pernah begadang lagi, makan dan minum teratur. Bagun pagi sudah bisa mandi, nonton acara televisi, dan bahkan seperti saya sudah bisa bekerja kembali. Kami semua merasa lebih sehat. Tidak lagi hidup dalam kenikmatan semu sesaat, tidak lagi hidup dalam mimpi-mimpi," kata DI dan Isk.


 

Kepala Puskesmas Tanjung Priok, Lingkan ARW mengungkapkan, ada 140 dari 243 mantan pengguna narkoba suntikan jenis heroin saat ini mengikuti PTRM di klinik puskesmas. Jumalh 140 orang itu sudah terlalu banyak, namun karena ditangani tim khusus, mereka bisa dilayani tiap hari, termasuk hari libur.


 

Kata Lingkan, metadon adalah opiat (narkotik) sintetis yang kuat seperti heroin, tetapi tidak menimbulkan efek sedatif yang kuat. Biasanya, metadon (methadone) disediakan sebagai program substitusi atau pengganti (rumatan) heroin yang sebelumnya dipakai pecandu. Lambat laun tubuh mereka akan menolak semua jenis narkoba. Puskesman ini jadi model dan rujuan dari daerah lain di Indonesia.


 

PTRM adalah program jangka panjang, dengan dosis individual. Artinya, setiap klien diberi dosis sesuai tingkat keparahannya hingga sembuh. Tidak disuntik tetapi diminum. Takaran terendah 25 mililiter, dan tertinggi 180 mililiter. Dosisnya naik perlahan, stabil (optimal), dan turun perlahan pula, dan diminum setiap hari. Berbahaya jika disertai pemaiakan narkoba dan alkohol, atau obat penenang.


 
Wali Kota Jakarta Utara, Effendi Anas memuji terapi ini karena bisa menghindari generasi muda mati dini. Apalagi penggunaan jarum suntik bersama, disertai seks bebas, menyebabkan mudah terinfeksi HIV/AIDS. 


Surprised - http://odhe.myflexiland.com
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Klinik Narkoba - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Inspired by Sportapolis Shape5.com
Proudly powered by Blogger